Fikih Azan (9): Azan bagi Shalat yang Dijamak
Shalat yang dijamak artinya adalah shalat yang digabungkan dalam satu waktu. Shalat yang boleh dijamak adalah shalat Zhuhur dan Ashar, lalu shalat Maghrib dan Isya. Bagaimakah azan dan iqamah saat menjamak shalat?
Shalat yang Dijamak Apa Saja?
Ayat berikut sudah menerangkannya. Allah Ta’ala berfirman,
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isra’: 78). Yang dimaksud shalat pada waktu matahari telah tergelincir adalah shalat Zhuhur dan Ashar, sedangkan pada gelap malam adalah shalat Maghrib dan Isya.
Syaikh As Sa’di berkata dalam Taysirul Lathifil Mannan Khulashoh Tafsiril Quran, “Shalat Zhuhur dan Ashar boleh dijamak di satu waktu karena ada uzur, begitu pula shalat Maghrib dan Isya. Karena Allah menggabungkan masing-masing dari dua shalat tersebut untuk satu waktu. Itu berarti waktu kedua shalat tersebut boleh dijamak ketika uzur. Sedangkan bagi yang tidak mendapatkan uzur tetap dua waktu (tidak digabungkan).”
Azan dan Iqamah pada Shalat Jamak
Syaikh Abu Malik dalam Shahih Fiqh Sunnah (1: 275) berkata, “Jika dua shalat digabungkan satu waktu, misalnya shalat Ashar yang digabungkan ke waktu Zhuhur seperti yang terjadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat wukuf di Arafah, begitu pula jamak shalat Maghrib dan Isya di Muzdalifah yang dilakukan oleh beliau, maka cukup dengan sekali azan, sedangkan iqamah untuk masing-masing dari dua kali shalat. Inilah yang dilakukan saat haji dan menjadi pegangan jumhur (baca: mayoritas) ulama. Hal ini berbeda dengan pendapat dari madzhab Maliki yang mewajibkan azan untuk masing-masing shalat.”
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu, beliau mengatakan,
إِنَّ الْمُشْرِكِينَ شَغَلُوا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ يَوْمَ الْخَنْدَقِ حَتَّى ذَهَبَ مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللَّهُ فَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعِشَاءَ
”Sesungguhnya orang-orang musyrik telah menyibukkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sehingga tidak bisa mengerjakan empat shalat ketika perang Khondaq hingga malam hari telah sangat gelabp Kemudian beliau shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk adzan. Kemudian Bilal iqomah dan beliau menunaikan shalat Dzuhur. Kemudian iqomah lagi dan beliau menunaikan shalat Ashar. Kemudian iqomah lagi dan beliau menunaikan shalat Maghrib. Dan kemudian iqomah lagi dan beliau menunaikan shalat Isya.” (HR. An Nasa’i no. 662. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih li ghoirihi yaitu shahih dilihat dari jalur lain)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ
”Ketika beliau sampai ke Muzdalifah, beliau menjamak shalat Maghrib dan ’Isya dengan sekali adzan dan dua kali iqomah.” (HR. Muslim no. 1218)
Kesimpulannya, bagi shalat yang dijamak, azan dikumandangkan sekali pada shalat yang pertama, sedangkan iqamah dikumandangkan dua kali di masing-masing shalat. Itulah yang dipraktekkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga bermanfaat bagi pembaca Muslim.Or.Id sekalian. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
—
Selesai disusun di YAP Yogyakarta, 17 Safar 1436 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
[serialposts]🔍 Islam Vs Yahudi, Ruqyah Menurut Sunnah Rasul, Mengirim Al Fatihah, Aplikasi Hadist
Artikel asli: https://muslim.or.id/23836-fikih-azan-9-azan-bagi-shalat-yang-dijamak.html